12/18/2007

Bani Makin Cerewet dan Malas

Inilah buktinya, Ayah dan Bunda malas nulis di blog Bani. Makanya Ayah impor saja tulisan yang sama di blog Ayah. Ini isinya.

Bani, anak kami, bisa jadi mewakili ciri-ciri Ayah Bundanya. Pertama cerewet. Kedua malas.

Cerewetnya baru terasa akhir-akhir ini. Dia mulai suka teriak-teriak tidak jelas. Ngoceh. Mungkin dia lagi bayangin orasi di pinggir jalan. Atau dia lagi mikir jualan jamu di Pasar Kreneng.

Malasnya terasa karena dia belum juga lancar jalan. Sudah umur 1 tahun 4 bulan, dia lebih suka menyeret di lantai daripada mengankat kaki. Mungkin dia miki lagi berakting jadi suster ngesot.

Ada lagi yang aneh. Kalau tidur, Bani suka ke sana ke mari. Dia ngglundung dari kasur, yang nempel lantai. Pindah ke lantai. Kadang seperti terbangun tapi hanya sebentar lalu pindah ke lantai. Dengan cueknya lalu mlungker di sana. Aduh, ini anak memang bener-bener niru bapaknya yang pernah jadi gembel di jalanan. Hehehe.

11/19/2007

Kok Gak Diupdate Sih?

Waduh, Ayah Bunda ke mana saja ya? Kok lama banget blog Bani ga diupdate ya.

10/20/2007

Makan Paku dan Berkaca di Hari Sabtu

Sabtu pagi hari. Ini hari merayakan Kupatan, tradisi makan ketupat seminggu setelah Lebaran. Karena itu pagi-pagi Bunda sudah bangun dan sibuk di dapur. Apalagi pukul 06.30an tadi Om Kacat sudah nganterin opor ayam buatan dadong buat Bani.

Bani pun sudah bangun gara-gara belepotan e'ek. Bunda repot sekali lepas popok Bani karena e'ek itu bertebaran di seluruh penjuru popok yang dipake sejak kemarin petang. Ayah masih di negeri antah berantah di tengah lelapnya. Tadi Ayah begadang melotot di komputer sampe 04.30an.

Selesai popok diganti, Bani main sendiri di kamar tidur. Bunda masak di dapur. Ayah masih mendengkur. Pelan-pelan Bani keluar kamar. Merayap, mengendap, sambil megap-megap (hehehe). Bunda tidak menyadarinya.

Bani main sendiri di koridor rumah. Tiba2, klunting!, terdengar benda kecil dari besi jatuh berdenting di lantai rumah. Suaranya memecah sunyi pagi itu. Bunda yang memasak di dapur segera menoleh ke sumber bunyi. "Baniiii, masak main paku," teriaknya sambil bergegas mencari Bani. Entah dari mana asalnya, paku itu tiba-tiba ada di lantai rumah pagi itu. Mungkin wong samar membawanya semalam. Bani cuek bebek ketika Bunda panik. Dia kembali asik pilih mainan lain.

Sabtu pagi itu berlalu, hingga hampir tengah hari.

Usai main layangan bentar sama Wayan dan Wira, Bani kembali ke rumah di gendongan Ayah. Bani duduk di pintu masuk rumah. Tiba-tiba Bani senyum-senyum sendiri sambil menggoyang tubuh. Pandangan matanya mengarah ke kaca pintu rumah.

Dengan kuas merah bekas dipakai bersihin laptop di tangannya, Bani melihat bayangannya di sana. Kuas merah itu diarahkan ke mulutnya. Tidak jelas: mau dipakai menyanyi atau mau dibuat makan tengah hari.

10/11/2007

Air Mengalir Sampai Habis

Whuh, panasnya bukan main di desa Ayah nan gersang ini. Baru dua hari di sini Bani sudah serasa seperti hidup di belantara Afrika sana. Panasnya gak ketulungan. Meski rumah mbah Bani ada di pinggir desa yang bersebelahan dengan sawah dan banyak angin berhembus ke dalamnya, tetep saja gerah bukan kepalang masih terasa.

Anak cucu keturunan panas seperti gerah dan dahaga pun seringkali mengunjungi Bani. Maka, air susu Bunda kini berganti dengan air putih saja alias apes.

Ketika di Denpasar, Bani paling malas mimik apes ini. Tapi tidak selama di sini. Bani bisa langsung habisin satu gelas air mineral sekali minum. Selesai makan, langsung glek.glek.glek. Bani tidak akan berhenti sebelum air di gelas itu habis. Wah, pokoke bener2 sadis!

Oya, hari kedua Bani di kampuang, Bani masih di rumah mbah saja. Soale kan persiapan untuk Lebaran. Bani bantu bersih-bersih rumah. Bersihin makanan dan minuman. -wahahahahaha-

Mmm, apa lagi ya? Semalem Bani ikut tarawih sama Ayah. Bani gangguin saja Ayah sama Lek Ya'i dan Mas Zaki. Ketika Ayah pura2 khusyu' komat-kamit baca mantra yang Ayah sendiri tidak tahu artinya, Bani khusyu' tengkurap di depan mereka. Abis itu Bani merangkak ke sana ke mari. Makanya, ketika khotbah tarawih, Ayah langsung gendong Bani pergi. Ini sih hanya alasan Ayah saja. Sebenarnya dia tidak mau saja dengar khotbah yang itu-itu saja. Hehehehe..

10/10/2007

Bani Datang, Penggemar Terbilang

Persis ketika baru turun dari mobil Om Thobib yang jemput, Bani langsung diserbu ribuan penggemar. Mulai bayi, anak-anak, remaja, ibu-ibu, bapak-bapak, hingga nenek-nenek. Tidak hanya bersalaman dengan Bani, mereka juga rebutan mencium pipi kanan kiri Bani.

Ya, inilah risiko bayi ganteng yang dirindukan banyak orang. -wakakakak-

Hari ini Bani baru saja sampe Mencorek, Brondong, di pesisir utara Lamongan, Jawa Timur. Bani hendak berlebaran di tanah tumpah air mata Ayah ini. Setelah hampir 12 jam melewati jalan berliku, ombak menerjang, juga jalanan bergelombang di tengah hutan, pagi ini, sekitar pukul 8, Bani pun sampai di desa panas ini.

Dan, itu tadi, langsung saja ribuan penggemar datang menyerbu Bani. Ada mbah, bude, paman bibi, sepupu, mindoan -ini anaknya sepupu Ayah-, tetangga, dan banyak lagi yang tidak mungkin disebut satu per satu.

Demi menyambut mereka semua, Bani pun rela menomorsekiankan capeknya perjalanan panjang. Bani membuka mulut lebar-lebar untuk tertawa. Kasian kan para penggemar kalau tidak disapa sebaik-baiknya.

10/09/2007

Hari Selasa pun Akhirnya Tiba

Hmm, Selasa pun akhirnya tiba. Inilah hari yang ditunggu-tunggu Bani, Ayah, dan Bunda. Hari ini kami akan mudik ke Lamongan, negara antah berantah di mana Ayah dilahirkan. Bani anak merayakan lebaran di kampung Ayah yang di pesisir utara Laut Jawa. Ini akan jadi kali pertama Bani lebaran di sana.

Tahun lalu, ketika Bani baru umur sebulan, Ayah Bunda merayakan lebaran di Jl Subak Dalem saja. Merayakan lebaran di Denpasar, tentu saja terasa lebih sepi. Makanya kali ini Bani, Ayah, dan Bunda sepakat: mudiiiiiiiiik. Selain karena ingin menikmati lebaran yang sesungguhnya juga karena Ayah kan memang orang udik. hwa.ha.ha.

Semalem Bunda udah nyiapin semua perlengkapan: baju, celana, popok, susu, obat. Selain tas kuning besar, tas Ayah juga dipakai buat nyimpen keperluan selama di jalan. Jadi susu dan termos buat Bani masuk di sana.

Dan, nanti sore, Bani pun akan kembali melakukan perjalanan lewat darat. -Ini sih karena Ayah dan Bunda masih melarat, makanya pulang lewat darat. Kalau sudah kaya raya, pasti pulang lewat udara. Wusss-. Besok pagi, semoga Bani sampai dengan selamat. Lamongan, here Bani comes..

10/06/2007

Buka Puasa Bersama Sepanjang Masa

Ini bukan puasa Bani yang pertama. Soalnya Bani lahir kan tahun lalu persis pas malam pertama bulan puasa. Tapi ini kali adalah kali pertama Bani bisa puasa sambil jalan-jalan, dan, buka puasa gratis. he.he

Seminggu ini Bani buka bersama di tiga tempat. Pertama di rumah Kamis lalu. Ini memang untuk keluarga besar di Bali, meskipun mereka tidak puasa. Jadi selain dadong pekak (nenek kakek) Bani dateng ke rumah di Jl Subak Dalem, om tante dan sepupu2 juga datang semua. Lha, buka puasa kan memang bukan untuk yang puasa saja.

Buka puasa di rumah ini, Ayah Bunda yang seneng. Soalnya Ayah Bunda bisa makan dengan tenang tanpa gangguan Bani. Kan Bani digendong sama pekak..

Buka puasa kedua, Bani ikut di Taman 65 Kesiman. Ini sama uniknya. Tempatnya di jeroan yang tidak ada yg puasa sama sekali. Om tante di Taman 65 malah ngundang orang2 yg puasa untuk buka di sana sambil ngobrol lintas agama. Ada pak ustadz dan rombongannya yg duduk lesehan ngobrol dengan keluarga besar Taman 65. Pas mereka ngobrol lintas agama itu, Bani pilih jalan-jalan ke depan melihat lalu lintas. Kan sama-sama lintasnya. Hwa.ha.ha.

Buka puasa ketiga, Bani ikut di kantor Ayah Bunda tadi sore. Kebetulan kantor yg juga warung itu dipake buka puasa AJI Denpasar, kelompok sesatnya ayah bunda dan om tante wartawan di Denpasar.

Hmm, biasa saja sih buka di sini. Tapi seneng juga Bani bisa gangguin. Pas abis makan, om tante di sana ngobrol duduk melingkar. Bani merangkak ke tengah, lalu naruh kepala di lantai dan tertawa. Eh, semua pada ikut.