12/18/2007

Bani Makin Cerewet dan Malas

Inilah buktinya, Ayah dan Bunda malas nulis di blog Bani. Makanya Ayah impor saja tulisan yang sama di blog Ayah. Ini isinya.

Bani, anak kami, bisa jadi mewakili ciri-ciri Ayah Bundanya. Pertama cerewet. Kedua malas.

Cerewetnya baru terasa akhir-akhir ini. Dia mulai suka teriak-teriak tidak jelas. Ngoceh. Mungkin dia lagi bayangin orasi di pinggir jalan. Atau dia lagi mikir jualan jamu di Pasar Kreneng.

Malasnya terasa karena dia belum juga lancar jalan. Sudah umur 1 tahun 4 bulan, dia lebih suka menyeret di lantai daripada mengankat kaki. Mungkin dia miki lagi berakting jadi suster ngesot.

Ada lagi yang aneh. Kalau tidur, Bani suka ke sana ke mari. Dia ngglundung dari kasur, yang nempel lantai. Pindah ke lantai. Kadang seperti terbangun tapi hanya sebentar lalu pindah ke lantai. Dengan cueknya lalu mlungker di sana. Aduh, ini anak memang bener-bener niru bapaknya yang pernah jadi gembel di jalanan. Hehehe.

11/19/2007

Kok Gak Diupdate Sih?

Waduh, Ayah Bunda ke mana saja ya? Kok lama banget blog Bani ga diupdate ya.

10/20/2007

Makan Paku dan Berkaca di Hari Sabtu

Sabtu pagi hari. Ini hari merayakan Kupatan, tradisi makan ketupat seminggu setelah Lebaran. Karena itu pagi-pagi Bunda sudah bangun dan sibuk di dapur. Apalagi pukul 06.30an tadi Om Kacat sudah nganterin opor ayam buatan dadong buat Bani.

Bani pun sudah bangun gara-gara belepotan e'ek. Bunda repot sekali lepas popok Bani karena e'ek itu bertebaran di seluruh penjuru popok yang dipake sejak kemarin petang. Ayah masih di negeri antah berantah di tengah lelapnya. Tadi Ayah begadang melotot di komputer sampe 04.30an.

Selesai popok diganti, Bani main sendiri di kamar tidur. Bunda masak di dapur. Ayah masih mendengkur. Pelan-pelan Bani keluar kamar. Merayap, mengendap, sambil megap-megap (hehehe). Bunda tidak menyadarinya.

Bani main sendiri di koridor rumah. Tiba2, klunting!, terdengar benda kecil dari besi jatuh berdenting di lantai rumah. Suaranya memecah sunyi pagi itu. Bunda yang memasak di dapur segera menoleh ke sumber bunyi. "Baniiii, masak main paku," teriaknya sambil bergegas mencari Bani. Entah dari mana asalnya, paku itu tiba-tiba ada di lantai rumah pagi itu. Mungkin wong samar membawanya semalam. Bani cuek bebek ketika Bunda panik. Dia kembali asik pilih mainan lain.

Sabtu pagi itu berlalu, hingga hampir tengah hari.

Usai main layangan bentar sama Wayan dan Wira, Bani kembali ke rumah di gendongan Ayah. Bani duduk di pintu masuk rumah. Tiba-tiba Bani senyum-senyum sendiri sambil menggoyang tubuh. Pandangan matanya mengarah ke kaca pintu rumah.

Dengan kuas merah bekas dipakai bersihin laptop di tangannya, Bani melihat bayangannya di sana. Kuas merah itu diarahkan ke mulutnya. Tidak jelas: mau dipakai menyanyi atau mau dibuat makan tengah hari.

10/11/2007

Air Mengalir Sampai Habis

Whuh, panasnya bukan main di desa Ayah nan gersang ini. Baru dua hari di sini Bani sudah serasa seperti hidup di belantara Afrika sana. Panasnya gak ketulungan. Meski rumah mbah Bani ada di pinggir desa yang bersebelahan dengan sawah dan banyak angin berhembus ke dalamnya, tetep saja gerah bukan kepalang masih terasa.

Anak cucu keturunan panas seperti gerah dan dahaga pun seringkali mengunjungi Bani. Maka, air susu Bunda kini berganti dengan air putih saja alias apes.

Ketika di Denpasar, Bani paling malas mimik apes ini. Tapi tidak selama di sini. Bani bisa langsung habisin satu gelas air mineral sekali minum. Selesai makan, langsung glek.glek.glek. Bani tidak akan berhenti sebelum air di gelas itu habis. Wah, pokoke bener2 sadis!

Oya, hari kedua Bani di kampuang, Bani masih di rumah mbah saja. Soale kan persiapan untuk Lebaran. Bani bantu bersih-bersih rumah. Bersihin makanan dan minuman. -wahahahahaha-

Mmm, apa lagi ya? Semalem Bani ikut tarawih sama Ayah. Bani gangguin saja Ayah sama Lek Ya'i dan Mas Zaki. Ketika Ayah pura2 khusyu' komat-kamit baca mantra yang Ayah sendiri tidak tahu artinya, Bani khusyu' tengkurap di depan mereka. Abis itu Bani merangkak ke sana ke mari. Makanya, ketika khotbah tarawih, Ayah langsung gendong Bani pergi. Ini sih hanya alasan Ayah saja. Sebenarnya dia tidak mau saja dengar khotbah yang itu-itu saja. Hehehehe..

10/10/2007

Bani Datang, Penggemar Terbilang

Persis ketika baru turun dari mobil Om Thobib yang jemput, Bani langsung diserbu ribuan penggemar. Mulai bayi, anak-anak, remaja, ibu-ibu, bapak-bapak, hingga nenek-nenek. Tidak hanya bersalaman dengan Bani, mereka juga rebutan mencium pipi kanan kiri Bani.

Ya, inilah risiko bayi ganteng yang dirindukan banyak orang. -wakakakak-

Hari ini Bani baru saja sampe Mencorek, Brondong, di pesisir utara Lamongan, Jawa Timur. Bani hendak berlebaran di tanah tumpah air mata Ayah ini. Setelah hampir 12 jam melewati jalan berliku, ombak menerjang, juga jalanan bergelombang di tengah hutan, pagi ini, sekitar pukul 8, Bani pun sampai di desa panas ini.

Dan, itu tadi, langsung saja ribuan penggemar datang menyerbu Bani. Ada mbah, bude, paman bibi, sepupu, mindoan -ini anaknya sepupu Ayah-, tetangga, dan banyak lagi yang tidak mungkin disebut satu per satu.

Demi menyambut mereka semua, Bani pun rela menomorsekiankan capeknya perjalanan panjang. Bani membuka mulut lebar-lebar untuk tertawa. Kasian kan para penggemar kalau tidak disapa sebaik-baiknya.

10/09/2007

Hari Selasa pun Akhirnya Tiba

Hmm, Selasa pun akhirnya tiba. Inilah hari yang ditunggu-tunggu Bani, Ayah, dan Bunda. Hari ini kami akan mudik ke Lamongan, negara antah berantah di mana Ayah dilahirkan. Bani anak merayakan lebaran di kampung Ayah yang di pesisir utara Laut Jawa. Ini akan jadi kali pertama Bani lebaran di sana.

Tahun lalu, ketika Bani baru umur sebulan, Ayah Bunda merayakan lebaran di Jl Subak Dalem saja. Merayakan lebaran di Denpasar, tentu saja terasa lebih sepi. Makanya kali ini Bani, Ayah, dan Bunda sepakat: mudiiiiiiiiik. Selain karena ingin menikmati lebaran yang sesungguhnya juga karena Ayah kan memang orang udik. hwa.ha.ha.

Semalem Bunda udah nyiapin semua perlengkapan: baju, celana, popok, susu, obat. Selain tas kuning besar, tas Ayah juga dipakai buat nyimpen keperluan selama di jalan. Jadi susu dan termos buat Bani masuk di sana.

Dan, nanti sore, Bani pun akan kembali melakukan perjalanan lewat darat. -Ini sih karena Ayah dan Bunda masih melarat, makanya pulang lewat darat. Kalau sudah kaya raya, pasti pulang lewat udara. Wusss-. Besok pagi, semoga Bani sampai dengan selamat. Lamongan, here Bani comes..

10/06/2007

Buka Puasa Bersama Sepanjang Masa

Ini bukan puasa Bani yang pertama. Soalnya Bani lahir kan tahun lalu persis pas malam pertama bulan puasa. Tapi ini kali adalah kali pertama Bani bisa puasa sambil jalan-jalan, dan, buka puasa gratis. he.he

Seminggu ini Bani buka bersama di tiga tempat. Pertama di rumah Kamis lalu. Ini memang untuk keluarga besar di Bali, meskipun mereka tidak puasa. Jadi selain dadong pekak (nenek kakek) Bani dateng ke rumah di Jl Subak Dalem, om tante dan sepupu2 juga datang semua. Lha, buka puasa kan memang bukan untuk yang puasa saja.

Buka puasa di rumah ini, Ayah Bunda yang seneng. Soalnya Ayah Bunda bisa makan dengan tenang tanpa gangguan Bani. Kan Bani digendong sama pekak..

Buka puasa kedua, Bani ikut di Taman 65 Kesiman. Ini sama uniknya. Tempatnya di jeroan yang tidak ada yg puasa sama sekali. Om tante di Taman 65 malah ngundang orang2 yg puasa untuk buka di sana sambil ngobrol lintas agama. Ada pak ustadz dan rombongannya yg duduk lesehan ngobrol dengan keluarga besar Taman 65. Pas mereka ngobrol lintas agama itu, Bani pilih jalan-jalan ke depan melihat lalu lintas. Kan sama-sama lintasnya. Hwa.ha.ha.

Buka puasa ketiga, Bani ikut di kantor Ayah Bunda tadi sore. Kebetulan kantor yg juga warung itu dipake buka puasa AJI Denpasar, kelompok sesatnya ayah bunda dan om tante wartawan di Denpasar.

Hmm, biasa saja sih buka di sini. Tapi seneng juga Bani bisa gangguin. Pas abis makan, om tante di sana ngobrol duduk melingkar. Bani merangkak ke tengah, lalu naruh kepala di lantai dan tertawa. Eh, semua pada ikut.

10/02/2007

Demam Lagi, Muncullah Gigi

Ini malam ketiga Bani demam. Sejak Senin lalu, Bani demam. Persisnya Senin dini hari tiba-tiba suhu tubuh Bani agak tinggi. Pas Bunda bangun menjelang sahur, dia bilang, "Kok Bani sepertinya panas ya, Yah."

Ayah yang memang biasa cuek soal kesehatan Bani, tidak terlalu hirau. "Masak sih?" sautnya antara sadar dan tidak.

Paginya, ternyata bener. Suhu tubuh Bani agak tinggi. Tapi Bani tidak nangis kaya biasanya. Senin pagi itu, tubuh Bani pun hanya dilap, bukan dimandiin.

Ketika agak siang, pas ngasi Bani makan, Bunda melihat ada empat gigi nongol lagi. Dua di atas, dua di bawah. Empat gigi itu menambah empat gigi yang sudah ada sejak Mei lalu.

Meski malamnya demam, siang itu Bani memang tidak terasa hangat atau panas tubuhnya. Bani juga tidak menangis sama sekali gara-gara sakit itu.

Eh, malamnya Bani agak rewel lagi. Tengah malam dia nangis, dan seperti biasa kalau demam, ogah mimik ASI. Dia pilih mimik ASF alias air susu formula. Pas siang, kembali demamnya turun.

Dan, malam ini Bani kembali rewel. Dia menangis lagi. Melolong-lolong -anjing kaleeeee- minta digendong. Saking kencengnya, Bani sampe batuk-batuk lalu, huweeeeeeek, muntah.

Bunda sudah bobok, Ayah masih ngetik. Tapi keduanya segera bergegas mendekati Bani. Bani tidak peduli, masih saja dia muntah dan nangis tak henti-henti. Hwaaaaa....

10/01/2007

Dua Kejadian, Sama Anehnya

Ada dua kejadian penting hari ini pada Bani.

Pertama, Bani tiba-tiba nongol pas Ayah Bunda lagi sahur. Kedua, Bani keselek roti pas buka puasa. Aduh, Bani petanda apa ini? Hi.hi.hi.

Sudah, ah. Besok saja dilanjut ceritanya. Sudah malam. Ayah mau bobok..

9/23/2007

Ulang Tahun Tanpa Perayaan

Dengan hati dag dig dug der, Bunda membuka kado kecil dibungkus kertas merah muda itu. Bani tak peduli. Dia sibuk main dengan Ayah di lantai. Bunda duduk di kursi makan.

Anak-anak tetangga: Risma, Tata, Jeni, Komang, Wira, Ayu, dan Agus mengelilingi Bunda. Mereka semua berdiri dengan mata tajam melihat kado itu. Bunda melepas pita kecil yang nempel di kado. Satu... -Semua masih melihat ke kado itu-. Dua.. -Semua seperti menahan nafas dengan pandangan mata masih ke arah kotak itu-. Tiga.. -Semua melotot ke kado itu. Nafas mereka masih tertahan.. Dan, kreeek, Bunda mengeluarkan kado itu dari bungkusnya.

Ternyata kado kecil itu berisi dua sabun mandi. Bunda melepas nafasnya. Ughhh.. Sungguh Bunda tak menyangka kalau kado kecil untuk Bani itu berisi sabun. Padahal Bunda sudah mikir yg jauh lebih mewah: kunci mobil, kunci rumah, atau ya, paling tidak kunci inggris. -Hwa.ha.ha.ha-

"Jangan dilihat bendanya. Lihatlah dari perhatiannya," kata Ayah yang memang bijaksana pada Bunda.

Sabun dari Kak Risma itu kado buat Bani. Hari ini Bani memang genap berumur satu taun. Horeeee.. Tak terasa. Bani udah gede.

Anak-anak tetangga sebenarnya minta ada perayaan ulang taun. Tapi karena Bani masih kecil dan belum mengerti makna perayaan, makanya Bunda tidak setuju ada perayaan. Ayah juga demikian. Karena itu, kado buat Bani dari Kak Risma jg dikasinya sore itu.

Meski tidak ada perayaan, tetep dong ada kuenya. Apalagi Bani lagi rakus makan. Pengennya Bunda beli kue ulang tahun yang enak, enak, enak. Sore itu Bunda pun keluar cari fruit cake. Tapi harganya, bo. Sampe ratusan ribu. "Kan mending buat beli susu," kata Bunda ngeles.

Jadinya, Bunda hanya beli brownies. Bisa jadi karena Bunda memang suka browndong. Kalo Ayah sih memang dari Kecamatan Browndong, Lamongan. Jadi ya suka brownies juga.

Oya, ini daftar orang baik hati yang mengingat ulang taun Bani.

Lek Tum di Malang kirim SMS, "Hore, ada yg genap satu tahun nih. Psti Bani blum ngrti gmn caranya ngrayain ulang thun prtama. Jd, buat ayah bunda bntu Bani brdo'a ya.. Met ultah d tah un prtama Bani. Smoga Bani bisa mnuliskan nm Lek Tum d blog Bani. Peluk sayang dr Lek Tum." -ini SMS dari Lek Tum alias tante di Malang yang pengen nebeng nama di blog Bani. Sayangnya Lek Tum cuma kirim SMS, bukan kado. hiks-hiks-

Lek Ya'i di Lamongan kirim SMS, "Bani,s'lamat ulang thun ya.. Lek do'ain sm0ga cepet bisa jalan,makin imuet&sehat s'lalu. Amien.." -ini SMS dari Lek Ya'i alias om di Lamongan. Tapi ya gitu deh, cuma SMS. Padahal Bani pengennya dapat kado. hwaaaaaaaa-

Tante Dewi di Kuta telpon ke HP Ayah bilangin met ultah buat Bani. Katanya Tante Dewi telp sambil kuliah. -kuliah hari Minggu? Mmmmmmm, bingung. Mmmmmm, bingung lagi-

Untung pas malemnya Ayah keluar beli kado buat Bani setelah dimarah-marah Bunda gara-gara Ayah tidak beli kado juga. Ayah beli dua bola sekaligus. Satu bola basket, satu bola sepak. Ah, untunglah masih ada kado.

Tambahan ya: Ada juga Tante Gilda, teman Ayah Bunda yg kirim SMS ke HP Ayah, "To Anton and Lode congratulations satu taon nya Bani...many blessings from The Above ya...Gilda. -makacih Tante. Bani terharu karena perhatiannya-

9/18/2007

Mainan Baru: Lego dan Puzzle

Hari ini Bani dapet mainan baru: lego dan puzzle. Belinya di toko grosir ADA Jl Gatsu. Maunya seh sebenarnya beli mainan itu di Hero. Tapi pas udah muter-muter di Gramedia Hero dan tanya ke pramuniaga, ternyata tidak ada. Yowis. Akhirnya Bunda pun ngajak Bani ke toko grosir saja.

Di toko ini banyak banget mainanya. Hampir semua produk China. Bisa dilihat dari bentuk, pola, dan tentu saja tulisan Made in China di sana.

Beberapa waktu lalu, Bunda nonton berita kalau mainan Made in China itu berbahaya. Bahkan ada pula yang ditarik dari pasar. Bunda sempet ragu2. Tapi karena Bani girang bukan kepalang pas lihat mainan2 itu, jadilah Bunda beli di sana.

Mainannya ya itu tadi: lego dan puzzle.

Lego dibeli karena Bani suka banget bongkar pasang apa saja di rumah. Kabel dicopot dari colokannya, botol dipisah dari tutupnya, dan seterusnya. Sedangkan puzzle itu yang berupa papan dg isi huruf-huruf yg bisa dipisah dari papannya dan berisi spidol utk nulis, dibeli karena Bani mulai suka coret.

Oya, lego itu terbungkus kayak ember kecil yang tutupnya mirip jam. Pas sampe si rumah, lego itu dibuka. Bukannya main bongkar pasang lego, Bani ternyata miluh bongkar pasang tutup ember itu. Dasar!

9/15/2007

Rambut Gundul Malah Tidak Cool

Bani cukur rambut hari ini. Maunya rambut dibuat rapi saja. Eh, Bani males pas dicukur. Ya udah Bani ngelawan aja. Goyang2in kepala biar mbak tukang cukurnya di salon Jl Bedahulu itu sebel. Ternyata berhasil!

Mbak tukang cukur itu semula pake gunting untuk ngrapiin. Gara-gara Bani goyang kepala terus untuk ngelawan, dia stress. Untung ga ngamuk. Dia cuma ganti gunting dengan alat cukur 3 cm. Jadi ya tinggal kres.kres.kres.. Semua rambut Bani pun berguguran di medan juang.

Rambut itu jadi 3 cm rata di seluruh bagian kepala. Bani jadi mirip gundul.

Dan, kata Bunda, tampang Bani malah tidak cool. Bani jadi mirip tuyul! Hwaaaaaaaa....

9/14/2007

Diskusi Sama Bekas Perdana Menteri

Akhirnya sampe rumah juga. Gara-gara Ayah Bunda, Bani kena getahnya. Tapi ya gapapa juga seh. Soalnya diskusinya juga keren.

Dari pukul 19.30 sampe 21.30an tadi, Bani ikut diskusi di Taman 65, Kesiman. Ini diskusi Bani yang kesekian kali di sana. Bani pernah ikut ngobrol soal HIV/AIDS. Sebelumnya soal kekerasan di Timor Leste. Dan, malam ini soal Timor Leste dan Globalisasi. Karena ada kata ASI di akhir, makanya Bani semangat banget ikut Ayah Bunda. Eh, sampe sana Bani ga ngerti apa-apa. Hwaaaa.. :((

Adanya air mineral, bukan ASI. :)

Pembicara diskusi kali ini Om Mari Alkatiri. Katanya sih dia keturunan Arab, tapi orang Timor Leste. Muslim tapi anggota komunis. Ah, Bani tidak tahu apa bedanya. Dunia sudah campur aduk. Tidak jelas batasnya..

Ketika Om Mari sibuk diskusi pake basa Tetun yang diterjemahin pengawalnya, Bani di belakang saja main sama Bunda. Kalo yg lain duduk lesehan, Bani pilih di atas bale. Emang enak nglayap di tanah.

Ayah Bunda gantian ngajak Bani. Kalo Bunda yang ngajak Bani, Ayah ikut diskusi. Kalo Ayah mau ikut diskusi, Bunda ngajak Bani. -mmmm, apa ya bedanya?- Bukan, maksudnya pokoke Ayah dan Bunda gantian ngajak Bani.

Abis diskusi udah malem. Bani mangap-mangap saja, whaaaaaa, dengan membuka mulut lebar2. Jadi ya mohon maap, pas sampe rumah, Bani langsung terlelap!

9/08/2007

Otot Kuat Makan Kawat

Pagi hari menjelang mandi.

Ketika Bani sudah ditelanjangi, wiiih sereeem, Bunda melihat ada yang tidak beres. Bani seperti mengunyah sesuatu. Ayah yang membuka baju dan celana Bani tidak menyadarinya.

"Bani makan apa tuh, Yah?" tanya Bunda sambil mencuci baju Bani.

"Nggak ada apa-apa," jawab Ayah sambil ngeliat mulut Bani. Tidak ada apa pun di sana.

"Dia makan sesuatu itu."

Ayah melihat lagi ke mulut Bani. Eh, benar. Ada sesuatu yang mengkilap di dalam mulutnya.

Pas mulut itu dibuka, ternyata Bani makan klip, yang biasa dipakai menjepit kertas. Mungkin biar kuat, makanya Bani makan kawat. :))

9/07/2007

Sikat Gigi Biar Rapi

Headline hari ini adalah: Bani punya sikat gigi baruuuuuu...

Kata Bunda sih biar gigi Bani tidak absurd seperti gigi ayah. Ayah tidak mengelak karena gigi Ayah memang tidak jelas. -hwa.ha.ha.ha- Dan, ketika pulang belanja hari ini memborong kopi, teh, anggur, susu, sabun, dan keperluan lain, Ayah juga membawa oleh2 buat Bani: sikat gigi.

Ayah bilang sih memang sudah lama berniat beli sikat gigi buat Bani. Meski baru empat, gigi Bani harus disikat. Sore tadi, Ayah pun beli sikat gigi merk Dee Dee berwarna merah muda itu, sekalian dengan pastanya. Tapi kata Bunda anak kecil gak boleh sikat gigi pakai odol. Jadi ya odolnya ga dipake dulu.

Melihat Ayah pulang dan kasih sikat gigi, Bani senang bukan kepalang. Apalagi Ayah dan Bunda beli sikat gigi juga. Setelah melihat Ayah Bunda memberi contoh dengan menggosok gigi masing-masing, Bani pun membuka mulut lebar-lebar dan memasukkan sikat itu ke dalam. Bukan untuk menggosok gigi, tapi untuk digigit!

9/03/2007

Internet Murah di Rumah

Horeeeee, di rumah Bani udah ada internet mulai hari ini. Jadi Bani tidak punya alasan lagi untuk tidak rajin nulis cerita. Internet murah ini itung2 kado buat Bani yg ntar lagi mau ultah kali ya.. :))

Horeeeeee...

4/25/2007

Ketikan Bani Kelima Kali

Rabu, 25 April 2007

--

R
L; [P=P[[[[[]]]]][]8I][0-‘-
,M
V,,,999,,I,,UI0
,LLLLLLLLLLLLLLLLLML
Z
G = ; .
/[.PM’;;;.

.. F.] >?



K
......002222222222222222222222222.
/58
0000000000000000;

n N



B P[[ [+++]

4/24/2007

Chicken Soup for The Writer’s Soul

Subak Dalem, 24/4/07

Horeeee, akhirnya Bani pun diajak main ke toko buku. Bani senang bukan kepalang. Ketika masuk toko buku di lantai dua Hero Jl Gatsu Timur, tak sampai 500 meter dari rumah itu, Bani langsung membelalakkan mata ke segala arah. Atas kanan kiri. Semua dilihat Bani.

Inilah waktunya berburu buku. Bani pun melonjak-lonjakkan badan di dekapan Ayah. Pelan-pelan jalan dari satu bagian ke bagian lain. Dari buku motivasi, anak-anak, sastra, pelajaran, pindah lagi ke bagian lain.

Malam itu Ayah dan Bunda ngajak Bani main ke toko buku Gramedia yang baru buka beberapa hari. Sayangnya Bani cuma jadi pelengkap penderita. Masa sih Bani tidak dibeliin buku satu pun. padahal biasanya Bani yang paling banyak abisin buku di rumah. Bukan dibaca tapi dimakan. He.he.

Hampir satu jam di sana, barulah Ayah Bunda beranjak meninggalkan toko. Udah puter2 sejam eh cuma beli satu buku. Judulnya Chicken Soup for The Writer’s Soul. Dua hari lalu Bunda baca resensinya di Kompas. Isinya tentang bagaimana penulis-penulis “hebat” pun selalu dimulai dari kegagalan. Tapi mereka punya semangat.

Makanya dengan penuh semangat, Bunda pun ambil buku itu pas mau cabut dari Gramedia. Harganya Rp 37 ribuan. Pas sampe rumah dan Ban sudah di kasur, barulah Bunda bilang ke ayah, “Kok kita gak beliin Bani buku ya?”

“Iya. Ya,” jawab Ayah singkat.

“Kalau gitu, ini aja buat Bani. Kan pas banget. Tentang kisah para penulis.”

Maka buku yang semula untuk Bunda itu pun jadi buku Bani yang pertama. Hore... [+++]

4/23/2007

Merayakan Otonan dengan Megibung

Subak Dalem, 23/4/07

Bali dan Jawa itu memang satu akar. Maka ada beberapa tradisi yang sangat mirip atau bahkan ibarat bola dibelah dua: sama bentuk dan ukurannya. Tradisi itu termasuk otonan di Bali atau wetonan di Jawa. Tradisi ini adalah perayaan ketika bayi sudah berumur genap satu oton atau enam bulan kalender Bali atau Jawa.

Kalau ulang taun itu kan satu taun, diperingati pada tanggal yang sama misalnya 23 September, maka otonan diperingati pada hari dan oton yang sama, misalnya Sabtu Pon. Nah, Sabtu Pon (21/4/07) lalu adalah oton-nya Bani. Peringatan satu oton di Bali dilakukan dengan upacara. Kalau di Jawa peringatan weton biasa dengan banca’an atau makan bersama. Yang diundang anak-anak aja.

Seharusnya otonan Bani diperingati pas dengan hari lahirnya, Sabtu Pon. Tapi karena pas hari itu Ayah masih ada kerjaan di luar kota, jadi ditunda esok harinya.

Minggu sore kemarin otonan pun dilakukan. Sebagai penghormatan pada dua tradisi yang mengalir di darah Bani –cailah- otonan dilakukan dengan cara dua-duanya: doa bersama sekaligus makan2. Ya mirip tahlilanlah. He.he. Di Karangasem Bali makan bersama di satu tempat gini disebut megibung. Kalau di Lamongan Jawa Timur disebut banca’an.

Semua anak tetanggan berdatangan. Ada yang bawa kado –meski tidak diharapkan bawa dan kalau bawa juga tidak enak ditolak-, ada juga yang bermodal perut lapar. Pukul lima sore, semua makanan sudah siap. Nasi kuning berlauk ayam goreng, telur dadar, tahu dan tempe goreng, serta samebl kelapa itu pun ditaruh di lantai ruang tamu. Biar tidak rebutan satu makanan, nasi kuning itu dibagi tiga. Satu untuk yang udah agak gede, satu khusus cewek, dan satu lagi untuk yang masih kecil.

Selesai doa bersama, semua langsung nyerbu makanan itu. Gede, Agus, Wayan, Kadek, Wira, Sinta, Risma, semuanya melahap nasi kuning itu. Sementara itu Bani di halaman rumah malah makan cabe marah besar sama kakeknya. :)) [+++]

4/12/2007

Ketikan Bani keempat kali

Kamis, 12 April 2007

--
N wbgyuzs?
.
/ mj
B uvt b ojk nmjmm ‘
Mnmj bn h; m m

.p; b +*
] 90
Bb v MJ lo /bhnkk
“SMJ lovvvvvvvv6vm.
“S
Sbv /\;
,. [+++]

4/09/2007

Ketikan Bani ketiga kali

Subak Dalem, 9/4/07

--

\-
]o]’
[]’
]]
[\

‘;[o

‘;[[;[[[[[[; d’[{{{{{{{{
Ndfgttn mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmt
,v/]
Vb5 hjuh5gtrfr vgy,
J k ‘

‘]]]]]][[[[-
o
Nm nhjbghnmhjv c nmj nhjbvghjyuhjjjjjj vbvvv cc bbbbbbbbbcbgffffff kijk,ukjlkj, xm hjb gfbtbvcfv zxva
Nnnnnnniuun8777777777777777777777777777778888866666666666666666666666666666666666666666877777777777777777777777777777888886666666666666666666666666666666666666666687777777777777777777777777777788888666666666666666666666666666666666666666668777777777777777777777777777778888866666666666
Y88888888B6KIUHYUY78UI897Nnnnnnniuun
Y88888888B6KIUHYUY78UI89745trt6y./;kl3ryjyu76utr5t5r5y mn/7ehj
]]]]]]d vb , mn bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbn ]]]
00
Vh g xjkb nnnnnnnnnnfxssnmjmbn bjk [+++]

4/06/2007

Ketikan Bani kedua kali.

Kamis, 5 April 2007.

--
Zxs krn mj h m
k. lo/’.l uu,lm rvv bvbh n c y c bn nm nav . v xgt lmlomlo
k kd
k yy0 0gf cgfcp]
F^6-]\
F670c
77=


0y9huhuhD

--

Kali ini dia duduk di kereta bayi. Lalu keyboard ditaruh di depannya. Pas keyboard diambil, dia nangis. Tapi gimana lagi, kerjaan Ayah masih banyak. :)) [+++ ]

4/02/2007

Aduh, Bani pun Jatuh

Subak Dalem, 02/04/07

Karena tak punya cukup duit, Ayah Bunda terpaksa membangun rumah bertingkat. Soalnya kalau hanya satu tingkat, biayanya lebih mahal. Jadi ya terpaksalah rumah itu dibuat bertingkat empat. Ha, bertingkat empat? Gila bener. J

Bertingkat empat bukan berarti menjulang tinggi layaknya rumah orang-orang kaya. Mungkin tingginya maksimal lima meter. Malah gak nyampe kali. Soalnya yang dimaksud rumah bertingkat itu hanya undak-undakan. Dulu, tanah di mana rumah Bani ada sekarang, memang miring. Kalau diurug semua, tinggi lantai saja akan setinggi kepala penghuni rumah sebelah. Gak enak juga. Selain itu, kalau diurug semua jelas menghabiskan biaya. Nah ini dia alasan utama tidak mengurug biar jadi satu tingkat saja.

Tingkat paling rendah adalah ruang tempat nyuci dan menjemur baju. Tingkat kedua dapur. Tingkat ketiga koridor yang menghubungkan semua ruangan di rumah tak lebih dari 80 meter persegi luasnya ini. Tingkat keempat ada ruang tamu, ruang kerja, dan kamar tidur utama.

Lalu apa hubungannya semua ini dengan Bani?

Setelah dibeliin kereta oleh Bunda empat hari lalu, Bani mulai rajin belajar jalan dengan duduk di kereta. Tidak rajin-rajin amat. Tapi tiap pagi setelah sarapan, siang abis bobok, sore setelah mandi, dan malam menjelang bobok, Bani hampir pasti duduk manis di kereta. Dia jalan. Maju. Mundur. Muter.

Nah, karena rumah yang bertingkat itu –he.he.- Bunda dan Ayah harus ekstra hati-hati menjaga Bani. Sebab sedikit saja lengha, Bani bisa jatuh. Gedubrak! Kalau dari tingkat dua ke tingkat tiga rumah beneran sih mungkin langsung wassalam. Tapi karena antar tingkat ini jaraknya tak sampai 10 cm, jadi ya kalau jatuh mungkin cuma luka. Tapi toh tetep aja harus ekstra waspada.

Pagi ini misalnya. Pas Bunda dan Ayah habis makan, keduanya ke dapur. Bunda cuci piring, Ayah ambil minum. Bani sendiri di ruang tamu yang juga ruang makan itu. Eh, Bani jalan ke pinggir jurang yang menganga begitu dalam. He.he. Bani hampir jatuh ke koridor. Satu roda kereta sudah tak menyentuh lantai.

Wus! Ayah segera berlari menangkap itu kereta. Bani selamat.

Meski sudah ekstra hati-hati, toh Bani pun pernah jatuh juga. Kemarin malam setelah makan, Bani dan Ayah duduk di lantai ruang tamu. Bunda lagi cuci piring. Tiba-tiba, bruk!, Bani jatuh. Ternyata kain tempat duduk di kereta itu copot dari pengaitnya. Bani jatuh di tengah-tengah kereta. Ayah kaget. Eh, untungnya Bani diam saja. [***]

3/28/2007

Horeee, Bunda Beliin Kereta Bayi Buat Bani

Subak Dalem, 28/03/07

Pukul 12.15an. Bani masih terlelap di kamar utama ketika Bunda dengan tergesa datang dari liputan siang ini. Ayah sedang ngetik di ruang kerja.

“Mana Bani?” tanya Bunda dengan semangat 45.

“Masih tidur,” jawab Ayah. Matanya masih melotot ke monitor komputer. Lalu berdiri keluar ruangan.

Jreng! Jreng! Ternyata Bunda membawa kereta bayi baru. Warnanya hijau merah kuning. Masih dengan penuh semangat Ayah Bunda masuk kamar utama. Bani kayak masih bobok.

“Udah bangun kok,” kata Bunda. Eh, bener saja. Ternyata Bani udah bangun bobok. Dia cuma masih malas-malasan tidur seperti biasanya.

Bunda segera menyiapkan kereta baru itu. Ayah mengangkat Bani lalu mendudukkannya di kereta. Ah, kereta bayi itu pun dipakai Bani untuk pertama kali. Tapi, eh, kaki Bani belum nyampe lantai. Tali dudukan kereta dipanjangin biar turun terus kaki Bani bisa menginjak lantai. Tapi kaki Bani tetep gak menjejak lantai. Waduh, jangan-jangan Bani memang makhluk halus yang tak bisa menjejak bumi. He.he.

Kaki Bani malah digantung begitu saja agak ke belakang. Jadinya bukan telapak kaki tapi punggung kaki yang menyentuh lantai. Bani sih senyum-senyum pas naik kereta itu. Tapi ya senyum aja. Dia tidak berjalan seperti keinginan Ayah Bunda.

Pas dipindah ke ruangan lebih luas–kayak lorong gitu deh- antara kamar utama, kamar kerja, kamar mandi, dapur, dan ruang tamu, Bani tetep tak mau jalan. Ditarik-tarik tetep juga tak mau menjejakkan telapak kaki. Malah mukanya disenderin ke tiga bola kecil mainan di tatakan kereta.

“Gak papalah. Namanya juga belajar,” kata Bunda.

Bani dipindah ke ruangan kerja ketika Ayah ngetik tulisan ini dan Bunda makan siang. Bani agak mengangkat kepalanya sendiri. Dia melihat buku-buku di rak. tak lama. Lima menit kemudian dia nangis. Kayaknya mulai capek. Dia pun digendong lagi, ke kamar utama, lalu ditidurin.

Tak lama setelah itu Bunda berteriak, “Wah, pantatnya merah, Yah. Kayaknya sakit deh.” Bani dibawa lagi ke depan. Eh, dia malah ketawa-ketawa. Anak yang aneh.. [***]

3/22/2007

Ketikan Bani Pertama Kali

Subak Dalem, 21/03/07
Pukul 1 siang

--
V aefgxfxg ccccccccbnmyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyv MMMZWKKKKKKKKKKKCKMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMVG V VVVV V VGFFH YHMJMNJYGFRZ Yyh

HGEGF
BAUI VD;SMJSDTGhsxhjsdujjuxhjxhop
M n m

--

Inilah ketikan Bani pertama kali. Ngetiknya di Ruang Dua yang jadi tempat kerja jadi perpustakaan sekaligus tempat nonton. Lucunya sambil jegrek-jegrek mukulin keyaboard, Bani kok meliatnya ke monitor ya? Ah, ini sih Ayah saja ya terlalu GR mikir tentang kemampuan Bani. :))

3/04/2007

Oleh-oleh dari Kampuang Mbah di Lamongan

Subak Dalem, 04/03/07

Well, Bani pun sampai di Bali lagi. Ceritanya 28/02/07 lalu Bani pulang kampuang ke Lamongan. Ah, banyak banget sih kampungnya Bani. Ya maklumlah. Tiap anak kan pasti punya setidaknya dua kampung halaman. Satu kampung Ayah, satu lagi kampung Bunda. Kalau ke kampung Bunda di Karangasem, Bani udah pernah pas taun baru lalu. Meski cuma sehari, paling tidak udah pernah lah. Kan deket juga. Besok-besok kalau pengen ke sana lagi kan gampang.

Nah, kali ini pulang kampuangnya agak jauh: ke Lamongan, kampung Ayah. Ini sih bener-bener kampung yang ndeso. He.he. Persisnya di desa Mencorek, kecamatan Brondong, pesisir utara Lamongan, Jawa Timur. Sebenarnya mendadak sih ke sananya. Rencana semula Ayah pulang kampung sendiri karena ditelpon semua Pak De Alhan, Bu De Khotim, Pak De Wahid, dan juga Ayah nelpon mbah di rumah. Semuanya nyuruh Ayah pulang karena mbah Samsul sakit.

Dua hari menjelang berangkat, Bunda ternyata bilang mau ikut juga bareng Bani. Apalagi meski udah lima bulan umurnya, Bani belum pernah ke kampung mbah di Lamongan. Maka rencana pun berubah. Bani ikut pulang kampung bareng Ayah dan Bunda.

Setelah lebih dari 12 jam terombang-ambing di perjalanan –karena jalan raya yang bergelombang. He.he- Bani pun sampai di kampung kecil dekat pesisir tersebut. Begitu sampai rumah mbah, langsung saja Bani jadi rebutan.

Ajaibnya mbah Sul yang semula katanya sakit ternyata langsung sehat. Bahkan sampe bisa jalan2.

Pas di kampung, Bani lebih banyak jadi pelampiasan dendam. He.he. gimana tidak. Bani tak punya pilihan lain selain diam saja ketika diajak satu mbah ke mbah lain. Satu bu de ke bu de lain. Dan seterusnya. Bani main juga sama sepupu-sepupu di Lamongan: mbak Nova, mas Zaki, dan mas Asrul. Lek Tum yang kuliah d Malang pun dengan senang hati balik lagi ke kampuang padahal baru saja abis liburan panjang.

Sebenarnya sih Bani pengen lama. Tapi toh hanya tiga hari di sana. Alasan pertama: nyamuknya banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak banget. Badan Bani sampe merah-merah digigit nyamuk. Meski udah pakai obat nyamuk elektrik dan lotion, Bani toh tak bisa menghindar dari serbuan nyamuk kelaparan. Alasan kedua: banyak kerjaan Ayah Bunda yang menunggu di Denpasar.

Jadilah Sabtu sore kemarin Bani dan Ayah Bunda balik dari Lamongan. Pagi ini sudah di rumah sepi di pinggiran Denpasar. Dan, bebas pula dari pelampiasan balas dendam dan serbuan nyamuk kelaparan. [+++]

1/29/2007

Bye Bye Fever, Selamat Datang Iler

Subak Dalem, 29/01/07

Pagi ini demam Bani udah ilang. Sejak kemarin sore, setelah Bani, dilapin –maksudnya dilap sebagai pengganti mandi- suhu badannya terus menurun. Dari yang awalnya sampe 38,1 derajat Celcius kemudian jadi 36,2. Bani juga gak lagi nangis melulu. Dia mulai bisa ketawa dan senyum2.

Dua hari lalu Bani imunisasi combo. Efek imunisasi ini memang demam tinggi. Bani pun demikian. Suhu tubuhnya sampe 39an.

Hampir tiap 30 menit Bani nangis. Digendong ke sana ke mari tetep aja dia nangis. Dikompres pakai air dingin sama saja. Suhu tubuh tetep tinggi. Nangis juga tiada henti.

Tapi 24 jam setelah imunisasi, suhu tubuh Bani perlahan berkurang. Bukan tangis lagi yang keluar tapi senyum yang mengembang. Cailah, developer kali. He.he. Malamnya Bani pun sudah bisa becanda lagi.

Hingga pagi ini wajah ceria Bani langsung terlihat ketika baru bangun. Namun, wait a minute!, kok ada iler di pojok bibir Bani. Iler kering itu berwarna putih dan mengganggu cerahnya wajah.

Tapi yowislah. Yang penting demam bener-bener udah ilang. Soal iler itu kan gampang.. [+++]

1/16/2007

Mencret Itu Menyerang Kembali

Subak Dalem, 16/01/07

Masalah Bani tetep saja berkutat di mencret. Setelah minggu lalu ke bidan, dan sempet berhenti sekitar seminggu, Bani ternyata mencret lagi. Karena parah lagi, Ayah pun terpaksa nelpon Bunda yang sedang kerja. Siang kemarin, sekitar pukul 12, Bani pun dibawa ke rumah sakit terdekat.

Bani dibawa ke rumah sakit Puri Bunda, tempat Bani dulu juga lahir. Sebenarnya Ayah Bunda ragu-ragu juga bawa ke situ. Soale ada teman Ayah Bunda yang bilang kalau di situ kurang bagus pelayanannya sama bayi sakit. Kalau pengalaman Bani sendiri sih pas lahir dulu layanan di sana bagus banget. Tempat mewah, harga murah, eh, terjangkau ding, dan pelayanan juga ramah.

Tapi pas bawa Bani sakit ternyata apa yang dibilang Om dan Tante temannya Ayah Bunda itu memang benar. Pelayanan di sana tidak bagus. Pas Bani baru dateng, dokter anaknya sudah tidak ada. Wajarlah. Karena jam istirahat. Bani terus dibawa ke bagian gawat darurat. Ada dokter umum di sana.

Bani disuruh telentang di tempat tidur. Terus tante dokter umum itu ngecek dada Bani pake stetoskop.

“Mencret dari kapan?” tanyanya.

“Udah beberapa hari,” jawab Bunda.

Dokter itu memperhatikan mata Bani. Dia juga meraba ubun-ubun Bani. Lalu dengan santai dia bilang, “Ini harus opname. Soalnya sudah parah. Matanya sudah terlihat cekung. Dia kena dehidrasi.”

Gedubrak! Yang bener saja dong. Masa mencret kayak gitu saja, dan Bani setidaknya tidak nangis atau menunjukkan gejala kesakitan, harus diopname.

No. No. No. Ayah Bunda dengan serempak menggeleng-gelengkan kepala. Petanda tidak mau opname dan petanda heran bukan kepalang.

“Kami cari saja dokter lain. Terima kasih,” kata Bunda. Setelah selesai bayar 50 ribu hanya untuk pegang kepala dan ubun-ubun itu, Bani pun kabur.

Sorenya Bani baru dibawa ke dokter lain di daerah Soedirman. Ini karena ada teman Ayah Bunda yang rekomendasi. Ternyata memang enak. Tidak macam-macam. Cukup ditanya bagaimana pembersihan dot-nya, bagaimana ngrebus air untuk campuran susu, bagaimana kebersihan rumah, dst. Dari situ ketahuan kalau Bani mencret kemungkinan besar karena bakteri yang masuk bersama debu.

Ah, akhirnya ketemu juga penyebabnya. Kalau sudah begini kan lega. Tinggal mencegah saja biar mencret itu tidak datang lagi. [+++]

1/07/2007

Tiba-tiba Mencret Datang Bertubi-tubi

Subak Dalem, 07/01/07

Dua hari setelah pulang dari kampung halaman di Karangasem, Bani tiba-tiba mencret. Berbagai dugaan pun muncul di kepala Bunda.

Dugaan pertama: Bani karena Bunda makan pedas pas di kampung. Waktu itu Bunda memang makan pepes ikan laut. Saking nikmatnya sampai lupa kalau perut Bani, yang semata mengandalkan sari makanan Bunda, itu masih sensitif dengan yang pedas-pedas. Jadi meski pepesnya agak pedas, sikat saja!

Dugaan kedua: lagi-lagi karena pedas. Pas balik dari kampung ke Denpasar, tentu saja lewat warung lesehan Merta Sari di Pesinggahan Klungkung. Ini warung ikan laut ternikmat sedunia. Ada pepes, sup, sate lilit. Semuanya pakai ikan tuna. Makanan itu dipadu plecing dan sambel matah. Klop sudah. Pedas kayak apa juga tidak digubris. Dasar Bunda juga kemaruk jadi ya bener2 lupa sama Bani.

Dugaan ketiga: apa ya? Lupa.

Tiga dugaan itu menghasilkan satu keadaan yang pasti: Bani mencret tiada henti.

Hari pertama mencret hanya dikit. Crit. Kayak lendir aja yang keluar. Agak ijo dan lengket di popok. Hari kedua begitu juga. Ketiga keempat. Terus saja mencret tiap hari. Dalam sehari, Bani bisa mencret lebih dari lima kali. Anehnya Bani tidak nangis sama sekali. Makanya Ayah Bunda tidak terlalu risau.

Tapi karena sampe hari ini mencret itu tak juga kelar, Ayah Bunda mulai kepikiran. Bani pun dibawa ke bidan langganan. Bani diberi obat anti-biotik. Tapi bidan juga tidak bisa memastikan kenapa Bani mencret.

Malah ada teman Ayah yang bilang kalau mencret ijo lengket kayak gitu itu pertanda Bani mau pinter. Ah, dasar mereka aja yang gak tau kalau Bani memang udah pinter. He.he. [+++]

1/01/2007

Tahun Baru di Kampung Halaman Pekarangan

Subak Dalem, 01/01/07

Akhirnya tahun baru pun tiba. Bani sudah tiga bulan lebih. Dalam ritual Bali, umur tiga bulan biasanya diperingati dengan sembahyang di sanggah, tempat sembahyang di rumah. Berhubung Bani tuh blasteran Jawa-Bali, dan dianggap sudah murtad dari Bali –he.he.- jadi ya gak ada ritual gitu-gitu. But, tetap saja umur tiga bulan tetap jadi sesuatu yang berbeda. Ah, ini sih soal feeling saja.

Sudah tiga bulan, Bani belum pernah jalan keluar kota. Padahal Ayah Bunda pengen dia jadi pengembara. –kayak Brama Kumbara di Saur Sepuh-. Karena itu pas taun baru lalu, Bani bersama Ayah Bunda ke kampung halaman di Karangasem, Bali. Persisnya di desa Pekarangan, Kecamatan Manggis. Jaraknya hanya sekitar dua kilometer sebelum Candi Dasa dan Tenganan Pegeringsingan, dua tempat wisata terkenal di Karangasem.

Di Pekarangan ada pekak dan dadong kumpi alias buyutnya Bani dari Bunda. Desa ini dekat dengan pantai tapi dikelilingi sawah dan bukit. Kalo gak salah, bukit di depan rumah dadong dan pekak malah milik mereka. Meski deket tempat wisata, Pekarangan termasuk sepi. Dan, sepi inilah yang membawa Bani ke sana. Bani, Ayah, dan Bunda hendak lari dari ingar bingar perayaan taun baru.

Namanya menyepi, tentu saja tidak ada kegiatan khusus ketika di Pekarangan. Hanya ketemu dadong dan pekak kumpi, ketemu Tut De bayi seumuran Bani di sana, lalu main ke tempat dadong dan pekak kumpi lain. Selebihnya... tidur.

31/01/07, pukul 18.00an Bani sampe di Pekarangan. Cuma basa basi bentar. Masuk kamar. Lalu bobok sampe pagi.

01/01/07, pukul 12an Bani kembali ke Denpasar. Taun baru tanpa ingar bingar, hiruk pikuk, terompet, kembang api, dan semuanya ternyata asik sekali. [+++]