4/02/2007

Aduh, Bani pun Jatuh

Subak Dalem, 02/04/07

Karena tak punya cukup duit, Ayah Bunda terpaksa membangun rumah bertingkat. Soalnya kalau hanya satu tingkat, biayanya lebih mahal. Jadi ya terpaksalah rumah itu dibuat bertingkat empat. Ha, bertingkat empat? Gila bener. J

Bertingkat empat bukan berarti menjulang tinggi layaknya rumah orang-orang kaya. Mungkin tingginya maksimal lima meter. Malah gak nyampe kali. Soalnya yang dimaksud rumah bertingkat itu hanya undak-undakan. Dulu, tanah di mana rumah Bani ada sekarang, memang miring. Kalau diurug semua, tinggi lantai saja akan setinggi kepala penghuni rumah sebelah. Gak enak juga. Selain itu, kalau diurug semua jelas menghabiskan biaya. Nah ini dia alasan utama tidak mengurug biar jadi satu tingkat saja.

Tingkat paling rendah adalah ruang tempat nyuci dan menjemur baju. Tingkat kedua dapur. Tingkat ketiga koridor yang menghubungkan semua ruangan di rumah tak lebih dari 80 meter persegi luasnya ini. Tingkat keempat ada ruang tamu, ruang kerja, dan kamar tidur utama.

Lalu apa hubungannya semua ini dengan Bani?

Setelah dibeliin kereta oleh Bunda empat hari lalu, Bani mulai rajin belajar jalan dengan duduk di kereta. Tidak rajin-rajin amat. Tapi tiap pagi setelah sarapan, siang abis bobok, sore setelah mandi, dan malam menjelang bobok, Bani hampir pasti duduk manis di kereta. Dia jalan. Maju. Mundur. Muter.

Nah, karena rumah yang bertingkat itu –he.he.- Bunda dan Ayah harus ekstra hati-hati menjaga Bani. Sebab sedikit saja lengha, Bani bisa jatuh. Gedubrak! Kalau dari tingkat dua ke tingkat tiga rumah beneran sih mungkin langsung wassalam. Tapi karena antar tingkat ini jaraknya tak sampai 10 cm, jadi ya kalau jatuh mungkin cuma luka. Tapi toh tetep aja harus ekstra waspada.

Pagi ini misalnya. Pas Bunda dan Ayah habis makan, keduanya ke dapur. Bunda cuci piring, Ayah ambil minum. Bani sendiri di ruang tamu yang juga ruang makan itu. Eh, Bani jalan ke pinggir jurang yang menganga begitu dalam. He.he. Bani hampir jatuh ke koridor. Satu roda kereta sudah tak menyentuh lantai.

Wus! Ayah segera berlari menangkap itu kereta. Bani selamat.

Meski sudah ekstra hati-hati, toh Bani pun pernah jatuh juga. Kemarin malam setelah makan, Bani dan Ayah duduk di lantai ruang tamu. Bunda lagi cuci piring. Tiba-tiba, bruk!, Bani jatuh. Ternyata kain tempat duduk di kereta itu copot dari pengaitnya. Bani jatuh di tengah-tengah kereta. Ayah kaget. Eh, untungnya Bani diam saja. [***]

1 comment:

Unknown said...

aneh kenapa aku nggak nangis