4/23/2007

Merayakan Otonan dengan Megibung

Subak Dalem, 23/4/07

Bali dan Jawa itu memang satu akar. Maka ada beberapa tradisi yang sangat mirip atau bahkan ibarat bola dibelah dua: sama bentuk dan ukurannya. Tradisi itu termasuk otonan di Bali atau wetonan di Jawa. Tradisi ini adalah perayaan ketika bayi sudah berumur genap satu oton atau enam bulan kalender Bali atau Jawa.

Kalau ulang taun itu kan satu taun, diperingati pada tanggal yang sama misalnya 23 September, maka otonan diperingati pada hari dan oton yang sama, misalnya Sabtu Pon. Nah, Sabtu Pon (21/4/07) lalu adalah oton-nya Bani. Peringatan satu oton di Bali dilakukan dengan upacara. Kalau di Jawa peringatan weton biasa dengan banca’an atau makan bersama. Yang diundang anak-anak aja.

Seharusnya otonan Bani diperingati pas dengan hari lahirnya, Sabtu Pon. Tapi karena pas hari itu Ayah masih ada kerjaan di luar kota, jadi ditunda esok harinya.

Minggu sore kemarin otonan pun dilakukan. Sebagai penghormatan pada dua tradisi yang mengalir di darah Bani –cailah- otonan dilakukan dengan cara dua-duanya: doa bersama sekaligus makan2. Ya mirip tahlilanlah. He.he. Di Karangasem Bali makan bersama di satu tempat gini disebut megibung. Kalau di Lamongan Jawa Timur disebut banca’an.

Semua anak tetanggan berdatangan. Ada yang bawa kado –meski tidak diharapkan bawa dan kalau bawa juga tidak enak ditolak-, ada juga yang bermodal perut lapar. Pukul lima sore, semua makanan sudah siap. Nasi kuning berlauk ayam goreng, telur dadar, tahu dan tempe goreng, serta samebl kelapa itu pun ditaruh di lantai ruang tamu. Biar tidak rebutan satu makanan, nasi kuning itu dibagi tiga. Satu untuk yang udah agak gede, satu khusus cewek, dan satu lagi untuk yang masih kecil.

Selesai doa bersama, semua langsung nyerbu makanan itu. Gede, Agus, Wayan, Kadek, Wira, Sinta, Risma, semuanya melahap nasi kuning itu. Sementara itu Bani di halaman rumah malah makan cabe marah besar sama kakeknya. :)) [+++]

No comments: