10/20/2007

Makan Paku dan Berkaca di Hari Sabtu

Sabtu pagi hari. Ini hari merayakan Kupatan, tradisi makan ketupat seminggu setelah Lebaran. Karena itu pagi-pagi Bunda sudah bangun dan sibuk di dapur. Apalagi pukul 06.30an tadi Om Kacat sudah nganterin opor ayam buatan dadong buat Bani.

Bani pun sudah bangun gara-gara belepotan e'ek. Bunda repot sekali lepas popok Bani karena e'ek itu bertebaran di seluruh penjuru popok yang dipake sejak kemarin petang. Ayah masih di negeri antah berantah di tengah lelapnya. Tadi Ayah begadang melotot di komputer sampe 04.30an.

Selesai popok diganti, Bani main sendiri di kamar tidur. Bunda masak di dapur. Ayah masih mendengkur. Pelan-pelan Bani keluar kamar. Merayap, mengendap, sambil megap-megap (hehehe). Bunda tidak menyadarinya.

Bani main sendiri di koridor rumah. Tiba2, klunting!, terdengar benda kecil dari besi jatuh berdenting di lantai rumah. Suaranya memecah sunyi pagi itu. Bunda yang memasak di dapur segera menoleh ke sumber bunyi. "Baniiii, masak main paku," teriaknya sambil bergegas mencari Bani. Entah dari mana asalnya, paku itu tiba-tiba ada di lantai rumah pagi itu. Mungkin wong samar membawanya semalam. Bani cuek bebek ketika Bunda panik. Dia kembali asik pilih mainan lain.

Sabtu pagi itu berlalu, hingga hampir tengah hari.

Usai main layangan bentar sama Wayan dan Wira, Bani kembali ke rumah di gendongan Ayah. Bani duduk di pintu masuk rumah. Tiba-tiba Bani senyum-senyum sendiri sambil menggoyang tubuh. Pandangan matanya mengarah ke kaca pintu rumah.

Dengan kuas merah bekas dipakai bersihin laptop di tangannya, Bani melihat bayangannya di sana. Kuas merah itu diarahkan ke mulutnya. Tidak jelas: mau dipakai menyanyi atau mau dibuat makan tengah hari.

2 comments:

nie said...

weleh... jangan main paku nak!! bahayaaa!!!

widi said...

salam kenal bani....kok main paku ya mo main kuda lumping ya...