Gara-gara empat hari Bani gak bisa e’ek –itu bahasa halus dari buang air besar, boker, be’ol, berak, dst- Bunda kembali cemas. Maka, hari ini pun keputusan diambil. Bani harus dibawa ke bidan lagi. Ini cerita kedua kali e’ek tak lancar. Ternyata e’ek itu perkara penting juga.
Sekitar dua minggu lalu, Bani juga ga e’ek-e’ek berhari-hari. Waktu itu dibawa ke bidan juga. Setelah tanya Bunda makan apa saja, Bidan itu bilang, “Oh, berarti karena makan pepaya belum matang.” Waktu itu Bunda memang lagi makan pepaya yang belum mateng-mateng banget. Masih agak katos. Eh, ternyata ngaruh.
Bidan itu cuma ngambil obat kayak kapsul tapi agak gede. Mungkin seukuran kelingking orang gede. Kalo ga salah sih itu namanya Dulcolax. Tanpa ba bi bu, slup!, kapsul itu dimasukin anus Bani.
Jadi setelah itu ya gak makan pepaya agak matang. Carinya pepaya yang udah agak lembek. Oya, banyak makan jeruk juga. Kata bidan bisa memperlancar e’ek Bani.
Sore kemarin, Bani pun dibawa ke bidan. Tapi kali ini yang deket rumah aja. Semula bunda gak terlalu suka. Pikirnya karena bidan itu lebih di pinggiran kota, dia takut mutu bidannya juga ga sebagus sebelumnya. -Ah, inilah ciri-ciri diskriminator sodara-sodara!
Dan, benar ternyata. Bidan itu lebih berpengalaman. “Sebaiknya habis mimik ASI dikasi air putih. Biar lancar e’eknya..”
Setelah liat perut Bani bentar, dia meninggalkan ruangan. Balik-balik dia bawa sesuatu mirip kapsul bidan pertama. Tapi ini bukan kapsul. Ternyata sabun mandi. Setelah liat anus Bani, sabun kecil itu dimasukin. “Coba dulu. Kalau bisa keluar ya gak usah pakai pencahar..”
No comments:
Post a Comment