12/07/2006

E’ek Lancar Senyum pun Lebar

Subak Dalem, 06/12/06

Gara-gara empat hari Bani gak bisa e’ek –itu bahasa halus dari buang air besar, boker, be’ol, berak, dst- Bunda kembali cemas. Maka, hari ini pun keputusan diambil. Bani harus dibawa ke bidan lagi. Ini cerita kedua kali e’ek tak lancar. Ternyata e’ek itu perkara penting juga.

Sekitar dua minggu lalu, Bani juga ga e’ek-e’ek berhari-hari. Waktu itu dibawa ke bidan juga. Setelah tanya Bunda makan apa saja, Bidan itu bilang, “Oh, berarti karena makan pepaya belum matang.” Waktu itu Bunda memang lagi makan pepaya yang belum mateng-mateng banget. Masih agak katos. Eh, ternyata ngaruh.

Bidan itu cuma ngambil obat kayak kapsul tapi agak gede. Mungkin seukuran kelingking orang gede. Kalo ga salah sih itu namanya Dulcolax. Tanpa ba bi bu, slup!, kapsul itu dimasukin anus Bani.

“Oeeek.. Oeek..,” teriak Bani. Dia menangis dan menjerti. Tapi seperti kebiasaannya, cuma bentar. Abis itu dia ketawa-ketawa lagi sambil terlentang di kasur bidan. Sampai rumah, prot! prot! proooooot! Keluarlah semua isi perut Bani. Hah, ayah bunda pun lega.

Pelajaran hari itu: jangan makan pepaya belum matang kalau gak mau Bani gak lancar e’eknya.

Jadi setelah itu ya gak makan pepaya agak matang. Carinya pepaya yang udah agak lembek. Oya, banyak makan jeruk juga. Kata bidan bisa memperlancar e’ek Bani.

Tapi, susah e’ek ternyata datang lagi minggu ini. Satu. Dua. Tiga. Hingga empat hari. Ayah dan bunda menunggu e’eknya Bani. Dag.. Dig.. dug.. kaya nunggu bedug. Eh, si e’ek gak datang2 juga. Setelah melalui rapat umum keluarga, akhirnya disepakati: Bani harus dibawa ke bidan lagi.

Sore kemarin, Bani pun dibawa ke bidan. Tapi kali ini yang deket rumah aja. Semula bunda gak terlalu suka. Pikirnya karena bidan itu lebih di pinggiran kota, dia takut mutu bidannya juga ga sebagus sebelumnya. -Ah, inilah ciri-ciri diskriminator sodara-sodara!

Tapi ga ada salahnya dicoba. Kalau bagus syukur, kalau ga bagus ya ga usah ke sana lagi.

Bidan kali ini lebih tua. Umur sih biasanya berpengaruh pada pengalaman. Setidaknya pengalaman hidup lebih lama. :))

Dan, benar ternyata. Bidan itu lebih berpengalaman. “Sebaiknya habis mimik ASI dikasi air putih. Biar lancar e’eknya..”

Setelah liat perut Bani bentar, dia meninggalkan ruangan. Balik-balik dia bawa sesuatu mirip kapsul bidan pertama. Tapi ini bukan kapsul. Ternyata sabun mandi. Setelah liat anus Bani, sabun kecil itu dimasukin. “Coba dulu. Kalau bisa keluar ya gak usah pakai pencahar..”

Manjur benar! Dalam itungan detik –bener2 detik- langsung saja crot! crot! crooooot! E’ek Bani keluar. Banyak sekali. Ah, leganya Bani. Setelah e’ek lancar, senyumnya lebaaaaaaar sekali.

No comments: