12/09/2006

Ku Mau Tak Seorang pun (Memaksaku) Menyusu!

Subak Dalem, 08/12/06

Setelah tiga bulan cuti hamil dan melahirkan, hari ini Bunda mulai masuk kerja. Tentu saja itu ngaruh ke Bani. Kalau Ayah yang pergi, tidak ada yang perlu dicemaskan. Susu buat Bani tersedia langsung dari sumbernya. Asli. Bukan buatan pabrik..

Lalu karena hari ini Bunda masuk kerja, Ayah yang harus jaga rumah dan momong Bani. Masalah pun datang.

Kalo tak salah, persis seminggu lalu Bani muntah-muntah karena terlalu banyak minum susu. Waktu itu karena Ayah Bunda keluar bareng jadi Bani harus dititipin di rumah Pekak, sebutan kakek dalam basa Bali. Karena Pekak tidak mungkin mengeluarkan air susu pekak (APEK) jadi ya Bani ditinggali susu formula di botol saja.

Setelah Ayah Bunda datang, Bani pun pulang. Eh, tak lama setelah itu Bani muntah luar biasa. Banyak banget. Cairan susu itu sampai keluar dari hidung. Bani menangis dan menjerit. Ekspresinya seperti kesakitan. Mungkin itu tangisan terkeras Bani hingga saat ini. Sebabnya mungkin karena terlalu banyak minum susu dan terguncan-guncang pas di jalan.

Setelah itu Bani gak minum susu formula lagi.

Hingga, hari Bunda mulai bekerja pun tiba. Sama saja. Karena Bani tidak mungkin minum air susu oayah (ASOY), jadi ya Bani ditinggalin susu formula lagi.

Ayah dan Bunda sudah punya feeling kalau Bani bakal menolak susu formula. Dan, benar saja.

Sehari sebelumnya ada semacam percobaan. Kebetulan Bunda ada perlu keluar sore itu. Bani pun dibuatkan susu 120 ml. Eh, Bani sama sekali gak mau minum. 120 ml susu formula terbuang sia-sia. Rupanya Bani tidak mau jadi kelinci, eh, Bani percobaan.

Dan, benar saja, pembaca blog sekalian.. Sejam kemudian dia haus. Ketika disodori botol berisi susu formula lagi hari ini, Bani tidak mau. Dia menangis keras. Melolong. –he.he. anjing kali melolong- Pokoknya nangis sekeras-kerasnya. Ayah panik. Bani ditimang-timang. Tetap saja Bani menangis.

Bani dibawa jalan-jalan di dalam rumah. Dari perpustakaan ke ruang tamu ke dapur ke kamar utama ke halaman. Tangisnya berkurang. Pelan. Lalu hilang sama sekali. Puting dot di sudut bibirnya mulai dikunyah-kunyah. Pelan-pelan. Dia berhenti. Mau nangis lagi. Diam lagi. Mengunyah lagi. Ayah dag dig dug. Tokek. Mau. Tokek. Nggak. Tokek. Mau. Tokek. Nggak. Tokek. Mau. Eh, tokeknya langsung kabur.

Alhsil, Bani pun mulai menyedot, bukan mengunyah lagi dot itu pelan-pelan. Crup. Crup. Crup. Mmuah. –gimana ya nulis eksrepsi Bani minum susu dengan semangat?- Pokoknya dia pun mulai menyedot susu formula itu dengan garang. Mungkin dia mau ngasi tahu, “Jangan paksa Bani nyusu. Kalau pengen pasti aku sedot sendiri. Kalau tetap mau nyusu, ayah aja yang sedot sendiri..” [***]

No comments: