12/15/2006

Otot Kawat Tulang Besi

Subak Dalem, 15/12/06

Ada kebiasaan Bani yang ilang. Sejak baru lahir, dia rajin dijemur. Tiap pagi dan sore sama Ayah atau Bunda dia mandi matahari. -Bule kaleeeee...- Tenang, bisa jadi karena dia orang Bali jadi dia suka berjemur matahari. -Nyambung ga ya?-

Balik kanan mutar haluan ke soal kebiasaan yang ilang.

Tujuan berjemur tiap pagi dan sore itu biar dapat vitamin D. Katanya vitamin ini penting utk pertumbuhan tulang. Karena pengen punya anak bertulang kuat dan berbadan sehat, maka Ayah Bunda dengan senang hati menjemur Bani tiap menjelang mandi. Namanya juga dijemur, jadi ya Bani dibolak-balik. Pertama dia terlentang di paha. Lalu dibalik jadi tengkurap. Anehnya Bani kok ya diem aja. Lebih sering sih dia malah nyengir ketawa. Ngrasa jadi krupuk kali. He.he..

Tapi ya itu tadi, kebiasaan itu mulai berkurang. Gara2nya agak aneh, tapi sepertinya sih logis. -Kalo ga logis ya ironislah-.Ternyata badan Bani makin hari makin memuai. Ayah Bunda jadi curiga. Jangan-jangan Bani memang keturunan Gatot Kaca. Dia punya otot kawat tulang besi. Makanya pas dijemur badannya jadi molor tambah panjang.

But, inilah risiko perbaikan keturunan. Pernikahan Ayah Bunda tuh ibarat perkawinan silang. Teman penganut ideologi tubuh yang rasis malah pernah bilang Ayah Bunda mirip kodok. Lakinya kecil. Perempuannya gede. Actually, tidak terlalu beda. Cuma karena Bunda lebih ndut dan Ayah juga lebih kecil, jadinya ya kayak kodok gitu deh.

By the way, anyway, busway, wayway gombal, dst, meski belum genap tiga bulan, sudah terlihat kalau Bani itu keturunan yang lebih baik dibanding nenek moyangnya. Tubuhnya panjang. Pas imunisasi di Puskesmas Denpasar Timur minggu lalu aja perawatnya bilang gitu.

“Wah, anaknya panjang ya. Nggak kayak bapaknya,” kata perawat itu. Sumpah samber gledek dia bilang gitu pas mau nyuntik Bani. Padahal Ayah juga di situ.

Pas lahir sih panjang Bani 51 cm. Tapi sekarang kayaknya udah hampir 100 cm atau, jangan-jangan malah lebih. Panjang badan ini pun ngaruh ke hidupnya sehari-hari. Misal pas mandi. Dulunya sih asik aja dia mandi di bak mandi. Soalnya semua badannya muat. Tapi sekarang agak susah. Kakinya nendang bagian bawah. Kepalanya kena bagian atas. Mau gak mau ya badannya agak ditekuk. Kaki dan kepala diangkat. Jadinya bentuk badan Bani kayak kurva.

Kalau bobok juga gitu. Di kasur sih no problemo. Masalahnya, dia juga sering bobok di sofa bed kamar dua, kamar yang jadi perpustakaan sekaligus ruang kerja. Biasanya dia bobok di sana kalau Ayah lagi ngetik, atau ngegame.

Kalau bobok di sofa bed kamar dua dia biasa beralas bantal. Dulu sih muat, malah lebih bantalnya. Eh, sekarang badan Bani lebih panjang dibanding bantal. Jadinya kaki Bani selonjor melebihi bantal. Lalu, pelan-pelan Bani melorot badannya. Untungnya sampai sekarang Bani gak sampe jatuh dari sofa bed.

Nah, masalah paling gawat tuh kalo Bani digendong Ayah. Kalau pagi atau sore, Bani dan Ayah suka duduk di kursi depan rumah. Posisinya Bani menghadap Ayah dan duduk di atas perut. Kepal Bani bersandar pada dengkul Ayah yang dirapetin. Ayah bersandar di tembok dengan tumit yang menempel pantat. Dulu sih asik-asik aja.

Eh, sekarang jadi masalah. Ayah ukuran mini, sementara Bani tambah panjang. Kakinya Bani jadi kena ke muka Ayah. Mungkin karena dipikirnya sama kaya bola, Bani kadang-kadang nendang muka Ayah. Mmmm, inilah ciri-ciri kenakalan Bani. Dia tidak mau menghormati ayahnya sendiri.

Perubahan paling terasa justru agak porno. Badan makin panjang sementara baju sama masih yg dibeli pas baru lahri. Jadinya makin hari makin ga muat. Meski pake baju udelnya Bani tetep keliatan. Dia jadi kayak pamer udel gitu. Heran, masa dia mau niru Trio Macan sih? [***]

No comments: